Pencinta Arloji dari Mancanegara Menggemari Produk-produk Pala Nusantara, Jam Kayu Lebih Estetik
"Pala Gawai ini justru lebih simple, bisa dicantolin di goodie bag, kalung yang fungsinya justru sebagai aksesoris"
Penulis: Putri Puspita Nilawati
Editor: Adityas Annas Azhari
MENGGUNAKAN bahan-bahan alam Indonesia, jam kayu Pala Nusantara memiliki ciri khas yang selalu memikat. Terjangan pandemi Covid-19 tidak menghentikan langkah mereka untuk memperkenalkan jam tangan dari Bandung itu untuk dunia melalui inovasi digital.
Suara deru mesin pemotong kayu terdengar dari sebuah ruangan tertutup di Jalan Kaum, Cipaganti, Kota Bandung, Jumat (12/11). Tempat ini menjadi ruang produksi Pala Nusantara, pembuatan jam tangan kayu buatan lokal asal Kota Kembang.
Sejumlah perajin fokus membuat berbagai bagian jam tangan. Beberapa sibuk mengerjakan case, strap, dan crown. Sebagian lainnya sibuk melakukan pengecatan.

Jam tangan berbahan kayu mulai marak di Indonesia sekitar 2010-an. Melihat tren itu, Ilham Pinastiko, pemilik Pala Nusantara, mulai berinovasi dengan membentuk desain yang unik dan berbeda dari jam tangan kayu pada umumnya.
Inovasi itu ia kerjakan mulai 2017, sehingga perusahan ini memiliki sejarah yang panjang sampai akhirnya bisa diterima para pecinta arloji lokal dan internasional. Peminat Pala Nusantara tersebar di berbagai penjuru dunia, dari Eropa hingga Amerika.
Baca juga: Mengenakan Batik Tidak Akan Pernah Bosan, Batik Tidak Lekang oleh Waktu
Inovasi ini terus dilakukan hingga akhirnya masuk pada saat munculnya pandemi Covid-19, yang berlangsung pada 2020. Saat itu, semua sektor perekonomian turut terdampak. Namun, perusahaan jam tangan ikonik bagi pencinta fesyen ini tak hilang langkah.
“Sebelum pandemi, orang-orang memang suka menggunakan jam tangan kayu karena dianggap berbeda dan punya keunikan tersendiri. Jadi, orang-orang banyak yang tertarik dan membeli,” ujarnya.
Baca juga: Eksis dengan Kaus Distro, Merek Ini Hadirkan Hijab Menjelang Ramadan, Peminatnya Meningkat
Ilham mengatakan, kondisi pandemi tak membuat mereka menghentikan produksi atau mengurangi pegawai. Mereka mengubah strategi penjualan dengan memanfaatkan penjualan digital. Mereka juga menurunkan harga namun tidak mengurangi kualitas dari produk-produk unggulannya.
"Dari harga awal Rp 550 ribu menjadi Rp 200 ribu. Alhamdulillah dengan menggunakan strategi itu, pasar malah semakin tinggi, dan omzet tetap naik 15-20 persen. Meskipun adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat," ujar Ilham Pinastiko.
Baca juga: Satu Kerudung Memiliki Empat Warna, Produk Hijab yang Cocok Dipakai untuk Traveling
Ilham mengungkapkan, ketika harga diturunkan justru jumlah produksi semakin besar dan market lebih luar karena menjual produk yang terjangkau untuk masyarakat.
Tidak hanya soal harga, Pala Nusantara pun sadar betul jika jam tangan bukanlah kebutuhan masyarakat yang prioritas di masa pandemi. Apalagi, saat ini masyarakat juga bisa melihat penunjuk waktu menggunakan smartphone hanya dalam sekali sentuh.

Pala Nusantara melakukan inovasi dengan menghadirkan sebuah produk yang dinamai dengan Pala Gawai. Produk ini, diciptakan sebagai barang unggulannya di masa pandemik Covid-19.
Dirilis pada September 2021, Pala Gawai mendapat respons cukup bagus dengan pemesanan yang terus meningkat. Berbentuk persegi panjang dengan material kayu, Pala Gawai memiliki tampilan yang lebih menggemaskan dengan warna yang ceria, dan fungsinya pun masih sama, yaitu sebagai alat penunjuk waktu.
Baca juga: Born and Blessed Bikin Masker Fesyen yang Nyaman Dikenakan,Kebutuhan Terus Meningkat
"Lucunya, Pala Gawai ini justru banyak yang kenal, kami angkat emotional buyer bukan untuk utility produk," kata Ilham Pinastiko.
Pengguna jam tangan biasanya memiliki mindset harus canggih dan cocok dengan pakaian yang dikenakan. Menurutnya, beranjak dari pemikiran itu lah akhirnya Pala Gawai hadir.
"Pala Gawai ini justru lebih simple, bisa dicantolin di goodie bag, kalung yang fungsinya justru sebagai aksesoris," ujarnya.
Baca juga: Jaket yang Dikenakan Jokowi di Mandalika Akan Diproduksi Lagi di Bandung Namun Hanya 100 Potong
Dibanderol Rp 200 ribuan, tak heran, Pala Gawai cukup banyak peminat. Alasan lain Ilham merancang Pala Gawai adalah karena keterbatasan bahan kayu untuk memproduksi jam tangan.
"Kami tidak bisa transaksi kayu dalam jumlah yang masif, karena lockdown. Ya kami harus berinovasi membuat sesuatu yang bisa kami gunakan di sekitar," katanya.
Baca juga: keren, Kolaboirasi Brand Fashion Lokal Asal Bandung, Screamous dengan Band Legendaris Sex Pistol
Memiliki desain yang lebih mudah dalam pembuatan produksi membuat Pala Nusantara mengubah jumlah produksinya. "Jika biasanya sehari itu kami membuat 30 jam tangan, maka kami ubah menjadi 100 Pala Gawai dalam sehari karena produksinya cepat," ucap Ilham Pinastiko.
Untuk menggaet pasar yang lebih luas. Digitalisasi memiliki peranan strategis baik dalam masa pandemi, dan pascapandemi. Untuk itu, Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat (Jabar) hadir.
Baca juga: Tetap Fashionable dan Hangat dengan Jaket Parka Saat Aktivitas di Alam Bebas
Herawanto, Kepala Perwakilan BI Jabar, mengatakan di masa pandemi, UMKM justru dipaksa bisa beradaptasi. Sebab, pada masa pemulihan ekonomi serta masa pasca pandemi ke depan, digitalisasi menjadi kunci utama pembentukan daya saing, tidak hanya untuk survive namun juga berkembang memenangkan pertarungan bisnis.
"Jabar menjadi tempat kreativitas, luar biasa ketika bicara soal inovasi menjadi modal kita bersama. Bahwa modal yang kreatif ini harus tercermin di berbagai produk dan jasa," ujar Herawanto saat wawancara virtual, Senin (8/11/2021).

Sebelum pandemi, banyak UMKM yang menganggap enteng bergabung dengan e-commerce. Padahal, Herwanto bilang, e-commerce bisa membuat produk UMKM go global dan membuat nilai rupiah stabil.
"Potensi UMKM di Indonesia sangat besar sekali, dalam kebijakan BI Jabar harus didorong kemudian jadi UMKM global, kalau ada potensi ya kita akan dorong penuh," ucapnya.
Baca juga: Koleksi Fesyen yang Mix and Match Koleksi Para Desainer Bandung untuk Hari Raya Idulfitri
Dorongan ini dibutuhkan mengingat pelaku UMKM di Jabar yang terdampak pandemi mencapai 58.000 perusahaan. Ketua Dekranasda Provinsi Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil berujar, 14.000 di antaranya merupakan pelaku UMKM sektor ekonomi kreatif.
Seperti Pala Nusantara, ribuan UMKM ini mampu menghadapi pandemi dengan berinovasi digital. Jam kayu digital asal Bandung ini bisa melewati badai pandemi Covid-19 dan mendunia. (Tribun Jabar/Putri Puspita)
Sumber: Tribun Jabar
PHRI Sebut Pariwisata Kota Cirebon Saat Ini Mulai Menggeliat Meski Wisatawan Belum Maksimal |
![]() |
---|
Puluhan Mobil Hias Bunga Parade di Jalanan Palabuhanratu dalam Rangka HUT ke-152 Kabupaten Sukabumi |
![]() |
---|
Aneka Kuliner bakso Tersedia di Festival Bakso Juara 2022, Acara Berlangsung Hingga Hari Ini |
![]() |
---|
Ratusan Warga Kota Bandung Datangi Kegiatan Bandung Seuhah II yang Hanya Berlangsung Sehari |
![]() |
---|
Inilah Harga Lengkap Tiket Indonesia Basket League (IBL) dari Play-off hingga Final |
![]() |
---|