Cerita Makhluk Berkepala Anjing dan Ular Raksasa Ini Turut Melestarikan Danau Aul
"Saya meyakini bahwa cerita rakyat itu ada tidak lain untuk melindungi keasrian danau dan hutan
SUNYI hening, terhalang rumput liar setinggi lebih dari 1 meter. Danaunya, punya cerita rakyat yang mistis. Namanya Danau Aul, berada tepat di bawah Gunung Artapela yang berada di perbatasan Kecamatan Kertasari dan Pangalengan Kabupaten Bandung.
Lokasi tepatnya sih, di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan. Warga menyebut danau itu bernama Danau Aul. Pada 2015, kawasan itu pernah diterjang longsor.
Pantauan Tribun belum lama ini, danau itu memang tampak asri. Berbatasan langsung dengan hutan. Pohon-pohon besar menjulang. Suara burung saling menyahut. Danau itu berada di sisi jalur pendakian menuju Puncak Sulibra di Gunung Artapela setinggi 2.194 meter di atas permukaan laut (MDPL) via Jalur Pangalengan.

Selain itu, dilintasi pipa-pipa raksasa yang menyalurkan gas panas bumi dari pengeboran panas bumi.
Cerita rakyat atau kearifan lokal menyertai keberadaan danau itu. Dikisahkan, di danau itu, hidup sesosok makhluk dengan wajah anjing dan tubuhnya manusia serta mata yang menyala. Selain itu, di dasar danau, hidup seekor ular besar yang membelit batang pohon besar.
"Cerita rakyatnya seperti itu dan masih jadi cerita dari mulut ke mulut warga," ujar Sandi (24), warga Kertasari yang menemani Tribun ke danau itu, belum lama ini.
Sandi merupakan mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung dan masih membantu orangtuanya berkebun di ladang untuk membiayai kuliahnya.

Namun, melihat geografis danau yang berada di sisi hutan, ia meyakini ada cerita positif di balik cerita rakyat berbau mistis itu. Yakni, cerita rakyat itu untuk melindungi keasrian hutan dan lingkungan di sekitarnya.
"Saya meyakini bahwa cerita rakyat itu ada tidak lain untuk melindungi keasrian danau dan hutan supaya tidak dijamah oleh manusia yang suka merusak," ucap Sandi.
Namun, apa daya, toh akhirnya danau itu bisa diakses manusia. Apalagi, ada titik pengeboran panas bumi. Kemudian, sekarang, dilintasi para pendaki yang menuju Puncak Sulibra.
"Karena melihat tempatnya, danau ini sebenarnya merupakan mata air. Saking besarnya debit air hingga membentuk danau. Apalagi kan air yang keluar ini tepat berada di bawah gunung yang banyak sekali pohon-pohon besar dan mampu menyerap air," ucapnya.
Ahmad Sobirin (50), warga Margamukti juga meyakini hal yang sama. Terlepas dari ada tidaknya sosok makhluk halus, danau dan hutan di sekitarnya memang sangat asri. Bahkan, ekosistemnya masih terjaga. Terbukti dengan seringnya terdengar suara-suara burung langka di sekitar hutan.

"Hutannya masih sangat terjaga. Mata airnya tidak pernah kering. Bagi saya, cerita rakyat itu membantu melestarikan mata air disini," ucapnya.
Di danau, tampak ada pipa-pipa yang disalurkan ke perkampungan warga bahkan digunakan untuk menyirami kebun.
"Itu tandanya mata air ini terjaga. Debit airnya tetap besar karena tegakan pohonnya tetap kokoh. Airnya bermanfaat untuk masyarakat," ucap Ahmad. (tribunjabar/mega nugraha)
Eiger Bikin Ransel untuk Mendaki dari Bahan Ramah Lingkungan, Daya Tahannya Bergantung Perawatan |
![]() |
---|
Berkemah di Alam Terbuka Rancaupas, Ciwidey. Pemesanan Tiket Masuk Bisa Melalui Online |
![]() |
---|
Penangkaran Rusa di Rancaupas Kabupaten Bandung, Lokasi Favorit untuk Wisata dan Foto Prewedding |
![]() |
---|
Aneka Menu Pilihan di Kafe yang Penuh Kesejukan Kawasan Dago Pakar |
![]() |
---|
Berlama-lama menikmati Kopi di Kesejukan Pohon Pinus dan Bangunan Lama |
![]() |
---|